Monday, May 21, 2012

industri nano teknologi di indonesia 2013 dibangun

industri nano teknologi di indonesia 2013 dibangun
Sebenarnya pengembangan nano teknologi di Indonesia dilakukan sudah sejak sekitar tahun 2000 yang lalu. Selama 12 tahun terakhir sudah muncul berbagai produk yang dihasilkan. Inovasi nano teknologi telah menumbuhkan bidang usaha baru instrumentasi yang mampu menembus pasar dunia.
Nanoteknologi atau yang memiliki arti teknologi rekayasa zat berskala nanometer atau sepermiliar meter masa pengembangannya belumlah tergolong lama. Konsepnya pertama kali diperkenalkan pada akhir 1959 oleh Richard Feynman, ahli fisika Amerika Serikat yang kemudian meraih Nobel Fisika pada 1965.
Namun, teknologi nano ternyata sudah diteliti lebih dulu oleh Profesor Norio Taniguchi dari Tokyo Science University. Pada 1940, ia mulai mempelajari mekanisme pembuatan nanomaterial dari kristal kuarts, silikon, dan keramik alumina dengan menggunakan mesin ultrasonik.


Miniaturisasi material hingga orde molekuler itu dilakukan, antara lain, dipicu oleh tuntutan pengecilan ukuran perangkat elektronik dan komputer. Dengan adanya partikel nano itu, rangkaian terpadu atau IC berukuran 1 sentimeter persegi, misalnya, dapat dijejali miliaran transistor sehingga rangkaian tersebut berkapasitas terabyte, bukan lagi gigabyte.

Potensi penerapan nanoteknologi sesungguhnya lebih besar, tidak sebatas untuk membuat nanomaterial bagi peranti mikroelektronik, tetapi juga bagi industri lain. Penerapan material nano bukan hanya pada barang teknik, melainkan juga pada produk makanan, obat-obatan, dan kosmetik.

Penerapan teknologi nano pada berbagai bidang akan mengubah kehidupan masyarakat modern. Dengan membuat partikel berskala nanometer, kemudian menyusupkannya di antara partikel berukuran mikron, akan dihasilkan jenis material baru bersifat super, antara lain tingkat kekerasan, pengantaran listrik, dan sifat magnetnya.

Dengan kelebihan itu akan dihasilkan produk berkualitas, yaitu tidak mudah aus, hemat energi karena tahan panas, dan tidak memerlukan pendinginan. Dengan demikian, akan menghemat biaya operasional dan pemeliharaan serta ramah lingkungan.

Memadukan material nano titan nitril pada komposit keramik akan menghasilkan material baru yang kekerasannya melebihi intan. Apabila material nano digunakan pada cat, akan berefek antigores, antiluntur, dan memantulkan panas. Cat berpartikel nano akan membuat rumah atau kendaraan tetap sejuk meski terpapar sinar matahari.

Inovasi teknologi nano di Indonesia
Dalam menciptakan inovasi di bidang nanoteknologi, peneliti Indonesia tidak kalah dengan peneliti asing. Beberapa karya inovasi teknologi nano di Indonesia dipamerkan dalam R&D Ritech Expo 2010. Pameran yang berakhir Minggu (22/8) itu menampilkan sekitar 28 produk inovasi teknologi nano karya anak bangsa.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), misalnya, menampilkan plastik pengemas dan komponen elektrolit padat pada fuel cell yang dibuat dari komposit nano berbahan polimer. Bahan pengemas ini kedap air dan udara, sedangkan pada elektrolit pengantaran panas dan listriknya jauh lebih baik.

Sementara itu, peneliti di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Kementerian Perindustrian (B4T Kemperin) berhasil membuat cat dari precipitated calcium carbonate (PCC) berskala nano. Penggunaan cat PCC membuat konstruksi bawah laut tahan gores, tahan kabut garam, dan sangat kedap air.
Sedangkan nanosilika yang dibuat Nurul Taufiqu Rochman dari Pusat Penelitian Fisika Terapan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ketika dicampur semen dapat menghasilkan beton yang berkekuatan dua kali kekuatan beton biasa.

Aplikasi nanomaterial juga dilakukan Andrea Marisi Dame Siahaan dari B4T Kemperin. Ia membuat lapisan penyebar (difuser) cahaya untuk lampu LED dari paduan senyawa nano BCNO (Boron Carbon Nitrogen Oxigen). Dengan pelapis nano ini, tingkat pencahayaan lampu LED berdaya 6 watt bisa menyamai lampu pijar 60 watt.

Nanomagnet juga tengah dirancang untuk sistem pembangkit listrik tenaga mikrohidro berkapasitas 5 kilowatt. Kepala Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Kemperin Muhammad Firman memperkirakan, dalam dua tahun, nanomagnet sudah dapat diterapkan pada sistem tersebut. Nanomagnet akan memperkecil setengah diameter turbin, tetapi berkapasitas sama.
Sementara itu, material nano sudah berhasil disusupkan pada produk komersial yang dihasilkan industri nasional, antara lain pada layar kristal TV, sensor, tekstil, kosmetik, obat, dan makanan. Pada kosmetik, ada pelembab berbahan nanosel. Unsur nano ini dapat menutup keriput lebih baik dan mencerahkan wajah.
 
Mesin penggiling
Untuk menghasilkan semua material dan komponen berskala nano itu, kuncinya adalah pada mesin penggiling material. Mesin pembuat partikel nano, antara lain, dibuat peneliti di BBLM Kemperin dan Pusat Penelitian Fisika Terapan LIPI.
Mesin pembuat material nano karya Nurul Taufiqu Rochman dari LIPI kemudian mendorong berdirinya PT Nanotech Indonesia untuk memproduksi karya inovasi ini. Mesin ini hanya menggunakan daya sekitar 12 persen dari mesin sejenis. Mesin yang disebut high energy milling (HEM) itu dipesan Universitas Kebangsaan Malaysia untuk keperluan riset dan pengembangan lebih lanjut.
”Dengan mesin ini, Indonesia berpeluang menjadi pemasok material nano di pasar global karena memiliki bahan baku tambang yang melimpah,” ujar Nurul yang juga Ketua Umum Masyarakat Nano Indonesia. Inovasi ini juga memberikan keuntungan besar.
Menghaluskan pasir besi menjadi partikel nano, misalnya, dapat meningkatkan nilai tambahnya 4.000 kali. Tingginya kebutuhan mineral pasir besi ukuran nano karena beragam manfaatnya, yaitu sebagai beton berkekuatan tinggi, bahan sensor, membran, dan toner printer.

Kurang diminati
Saat ini inovasi nanoteknologi mulai banyak digunakan industri di Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan Masyarakat Nano Indonesia, dari 40 industri yang bergerak di bidang tekstil, keramik, elektronik, dan kimia, ada sekitar 38 persen yang telah memanfaatkan material dan mesin berteknologi nano. Namun, sayangnya sekitar 90 persen merupakan produk impor.
Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menyayangkan kenyataan itu. Padahal, peneliti Indonesia telah menghasilkan beragam karya inovasi nanoteknologi. Untuk mengatasi hal ini, Kemenristek akan meningkatkan sinergi dan intermediasi dengan pihak terkait agar terjadi difusi nanoteknologi di industri.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan industri dalam negeri bisa menggunakan nano teknologi dari hasil riset and development (R&D) yang dilakukan oleh Kemenperin dan Kementerian Riset dan Teknologi.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Dedi Mulyadi mengatakan, pihaknya berharap dalam waktu tiga tahun ke depan riset gabungan tersebut sudah dapat menghasilkan setidaknya satu produk nano teknologi yang dapat diaplikasikan di industri nasional.

"Karena kebutuhan nano teknologi di industri nasional sangat besar. Sebagian besar nano teknologi yang digunakan industri nasional adalah produk dari luar negeri," kata Dedi di Jakarta.

Selain itu produk nano teknologi buatan dalam negeri, diklaim Dedi, akan mengurangi biaya perusahaan karena harga jualnya yang lebih rendah.

"Selama ini, produk nano teknologi yang dibuat R&D dalam negeri hanya sebatas prototype bukan untuk diaplikasikan," jelasnya.

Dedi mengatakan, pada saat ini sebanyak 12 perusahaan yang tergabung dalam Asosiasi mikro dan nano teknologi Indonesia siap untuk mengunakan hasil dari R&D gabungan.

"12 perusahaan ini bergerak di sektor industri keramik, tekstil, kosmetik dan cat. Kalau yang akan diproduksi, sesuai dengan kebutuhan mereka, dan akan langsung mengunakan," tuturnya.

Menurutnya, BPPI telah mendapatkan penghargaan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) sebagai lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) pemerintahan terbaik.

"Kalau target kami pada 2013 itu tidak tercapai, maka saya akan kembalikan penghargaan itu," tegasnya.

Untuk mempromosikan hasil-hasil penelitian litbang industri, BPPI akan menggelar Research and Development (R&D) Expo pada 20-22 Agustus di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Acara ini bertujuan agar kemajuan riset nano teknologi yang sudah ada, bisa tersosialisasi dan digunakan dengan baik.

Selain itu, kapasitas dan produktivitas penelitian serta industri dapat meningkat. Sehingga, dapat mendongkrak kontribusi sektor industri terhadap perekonomian nasional.

R&D Expo 2010 akan menghadirkan sekitar 90 stan yang berasal dari sektor pertahanan dan keamanan, pangan, energi, kesehatan, teknologi komunikasi dan informasi, transportasi dan obat-obatan.

"Kita targetkan 1.500 pengujung, dana aka nada transaksi bisnis," terangnya.

Pameran tersebut, kata dia, bertujuan untuk mendekatkan nanoteknologi kepada dunia usaha.

"Mudah-mudahan akan ada kerja sama bisnis,"ujar Dedi.

Presiden SBY, lanjutnya, juga menyarakankan agar nanoteknologi bisa dikuasai oleh Indonesia.

Dedi mengakui, hingga saat ini, nanoteknologi belum digunakan secara maksimal di industri dalam negeri.

"Sampai saat ini, belum digunakan sama sekali di industri kita,"ucapnya.

Sementara itu, Director EdWar Technology Edi Sukur mengatakan, ukuran nano sangat kecil, sehingga untuk melihatnya harus menggunakan mikroskop khusus. Dan mikroskop khusus ini belum pernah dibuat di Indonesia.

"Ukuran nano itu seperti bola basket berbanding dunia, harus menggunakan mikroskop khusus untuk melihatnya, mikroskop ini harganya sekitar Rp2 miliar hingga Rp3 miliar," kata Edi. 

0 comments:

Post a Comment